Selasa, 21 Mei 2013

Makalah bakteri

Klebsiella pneumonia



A.    Sistem Binomial dan klasifikasi
  • Kingdom : Bakteria
  • Phylum    : Proteobakteria
  • Class    : Gama Proteobakteria
  • Ordo    : Enterobakteriales
  • Familly    : Enterobakteriaceae
  • Genus    : Klebsiella
  • Spesies    : Klebsiella pneumonia
    Genus Klebsiella di bagi atas beberapa strain penting yang  sering  berupa infeksi Oportunistik bagi manusia,diantaranya :
1.    K. pneumonia
2.    K. ozaena
3.    K. rhinoscleromatis
4.    K. oxytoca
5.    K. planticola
6.    K. terrigena
7.    K. ornitinolitika
8.    K. singaporensis
9.    K. variicola
10.    K. senegalensis
11.    K. miletis
12.    K. aerogenes


B.    Sejarah Klebsiella pneumonia
Hans Christian Gram seorang Ilmuwan berkebangsaan Denmark yang hidup pada tahun 1853 – 1938. Untuk pertama kali beliau berhasil memperkenalkan cara pewarnaan bakteri secara gram,dan berhasil mengamati Klebsiella pneumonia dan Streptococcus pneumonia pada tahun 1884. Kemudian bakteri tersebut berhasil di identifikasi oleh seorang ahli Bakteriologi berkebangsaan jerman bernama Edwin Klebs, yang hidup pada tahun ( 1831 – 1913 ) yang kemudian memperkenalkan Bakteri ini,dan  diberi nama Klebsiella sesuai namanya.

C.    Morfologi
Berbentuk batang pendek,Gram negatif,bersifat Aerob fakultatif, bakteri ini berukuran 0,5 – 1,5 µ x 1 – 2 µ, tidak mampu berbentuk spora, tidak dapat bergerak dengan bebas dan mempunyai kapsul yang tersusun dari  Polisakarida sehingga dengan mudah dapat mengikat lipoprotein untuk membetuk Lipopolisakarida yang berfungsi sebagai Patogenitas bakteri ini. Kadang-kadang bakteri ini mempunyai susunan berpasangan seperti pneumococcus.

D.    Sifat Pertumbuhan
Coliform ini dapat tumbuh subur dan cepat pada media sederhana, aerobic dan anaerobic fakultatif,  dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam (6 – 7,8) dan gas pada pengeraman 37oC selama 24-48 jam. Spesies yang termasuk golongan Coliform antara lain Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, dan Klebsiella pneumonia.

E.    Gambaran Koloni
Koloni bekteri ini berbentuk bulat, tepi koloni rata, cembung, koloni ini terlihat tampak berlendir, dan berwarna abu-abu.




F.    Test Biokimia berdasarkan uji
  • Bakteri ini tidak mampu menghasilkan indol (Uji indol)
  • tidak mampu menghasilkan asam (Uji Metil Red /MR)
  • mampu menghasilkan asetil metal karbinol (Uji Voger Proskauer/VP)
  • tidak mampu menghasilkan sitrat (Uji Citrat)
  • mampu menghasilkan urea (Uji Urease)
  • tidak mampu bergerak dan menghasilkan gelatin
  • mampu menghasilkan glukosa, laktosa, manitol, sukrosa, inostitol, adonitol, salicin
Media yang digunakan untuk reaksi biokimia adalah (Gani A, 2003) :
1.    Triple Sugar Iron agar (TSIA)
Media ini terdiri dari 0,1 % glukosa, 1 % sukrosa, 1 % laktosa, fernik sulfat untuk pendeteksian produksi H2S, protein, dan indicator Phenol red. Klebsiella bersifat alkali acid, alkali terbentuk karena adanya proses oksidasi dekarboksilasi protein membentuk amina yang bersifat alkali denga adanya phenol red maka terbentuk warna merah, Klebsiella memfermentasi glukosa yang bersifat asam sehingga terbentuk warna kuning (Jawtz, et al, 2001).
2.    Sulfur Indol Motility (SIM)
Media SIM adalah perbenihan semi solid yang dapat digunakan untuk mengetahui pembentukan H2S, indol dan motility dari bakteri. Hampir semua bakteri Klebsiella membentuk indol kecuali tipe pneumonia dan ozaenae. Motility negatif sesuai dengan morfologi Klebsiella yang tidak memiliki flagella. sedangkan pembentukan H2S  juga tak terlihat pada semua jenis Klebsiella
3.    Citrate
Bakteri yang memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon akan menghasilkan natrium karbonat yang bersifat alkali, dengan adanya indicator brom tymol blue menyebabkan terjadinya warna biru. Pada bakteri Klebsiella, hanya jenis rhinos yang tidak memanfaatkan sitrat, sehingga pada penanaman media sitrat hasilnya negative. Sedangkan spesies Klebsiella lainnya seperti pneumonia, oxytoca, dan ozaenae  menunjukkan hasil positif pada media ini.
4.    Urea
Bakteri tertentu dapat menghidolisis urea dan membentuk ammonia dengan terbentunya wana merah karena adanya indicator phenol red, Klebsiella pada media urea memiliki pertumbuhan yang lambat memberikan hasil positif pada pneumonia, oxytoca atau bisa  juga ozaenae karena Klebsiella juga ada beberapa yang mampu  menghidrolisis urea dan  membentuk ammonia.
5.    Methyl red
Media ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari beberapa bakteri yang memproduksi asam kuat sebagai hasil fermentasi dari glukosa dalam media ini, yang dapat ditunjukkan dengan penambahan larutan methyl red. Hampir semua Klebsiella sp memproduksi asam yang kuat sehingga pada penambahan larutan methyl red terbentuk warna merah, kecuali pada pneumonia dan oxytoca yang juga dapat memberikan hasil negative
6.    Voges Proskauer
Bakteri tertentu dapat memproduksi acetyl metyl carbinol dari ferentasi glukosa yang dapat diketahui dengan penambahan larutan voges proskauer, Klebsiella ozaenae dan rhinos tidak memproduksi acetyl methyl carbinol sehingga penanaman pada media ini meberikan hasil negative, berbeda dengan jenis pneumonia dan oxytoca yang mampu memberikan hasil positif pada media ini.
7.    Fermentasi Karbohidrat
Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka media terlihat berwarna kuning karena perubahan pH menjadi asam. Klebsiella sp memfermentasi glukosa, maltose sedangkan sukrosa tidak difermentasikan pada jenis rhinos atau bisa juga ozaenae.

G.    Sifat mutualistk dan komensalistik
Klebsiella merupakan hampir sebagian besar spesiesnya hidup sebagai flora normal,dan dapat menjelajahi kulit,Faring dan saluran cerna seperti mikro organisme lainnya, K.aerogenes menggunakan L-glutamine sebagai metabolit dalam metabolism nitrogen. Nitrogen amida dari glutamine adalah penting dalam biosintesis asparagin, glukosamin 6-fofat, triptofan, histidin, fosfat karbamil, p-amino benzoate, adenosine, 5-monofosfat, sitosin 5-trifosfat, guanosin 5-monofosfat, glutamate dan asam amino lainnya. Kelompok alpha-ami no glutamine juga di transferkan ke asamalfa-keto dalam reaksi transaminase.Semua reaksi ini memungkinkan reaksi biosintesis untuk asimilasi NH3 ke semua asam amino.Sehingga dapat bersifat mutualistik dan komensalistik karena pada tanah dapat juga beker ja memfiksasi Nitrogen untuk kesuburan tanaman.

H.    Sifat oportunistik
Pada dasarnya  pertahanan terhadap invasi bakteri tergantung pada fagositosis oleh granulosit polymorphonuclear dan efek bakterisidal serum. Bakteri mengatasi imunitas host bawaan melalui beberapa cara. Mereka memiliki kapsul polisakarida, yang merupakan penentu utama patogenisitas mereka. Kapsul ini terdiri dari polisakarida asam kompleks. lapisan besar Its melindungi bakteri dari fagositosis oleh granulosit polymorphonuclear. Selain itu, kapsul bakteri mencegah kematian disebabkan oleh faktor serum bakterisidal. Lipopolysacarida (LPS) merupakan faktor lain patogenisitas bakteri. Mereka mampu mengaktifkan pelengkap, yang menyebabkan deposisi selektif C3b ke molekul LPS di lokasi yang jauh dari membran sel bakteri. Hal ini menghambat pembentukan kompleks serangan membran (C5b-C9), yang mencegah kerusakan membran dan kematian sel bakteri.
Orang-orang berisiko tinggi dalam hal nosokomial infeksi adalah  laki-laki yang lebih tua dengan alkoholisme, diabetes, atau penyakit bronkopulmonalis kronis.
Faktor risiko pada pneumonia sangat sering,dan dapat di bedakan menjadi dua :  
1.    Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh  
Penyakit kronik (misalnya penyakit jantung, diabetes, alkoholisme, azotemia), perawatan di rumah sakit yang lama, koma, pemakaian obat tidur, perokok, intubasi endotrakeal, malnutrisi, umur lanjut, pengobatan steroid, pengobatan antibiotik, waktu operasi yang lama, sepsis, syok hemoragik, infeksi berat di luar paru dan cidera paru akut (acute lung injury) serta bronkiektasis
2.    Faktor eksogen antara lain :
a.    Pembedahan
Besar risiko kejadian pneumonia nosokomial tergantung pada jenis pembedahan, yaitu   torakotomi (40%), operasi abdomen atas (17%) dan operasi abdomen bawah (5%).
b.    Penggunaan antibiotik
Antibiotik dapat memfasilitasi kejadian kolonisasi, terutama antibiotik yang aktif terhadap Streptococcus di orofaring dan bakteri anaerob di saluran pencernaan. Sebagai contoh, pemberian antibiotik golongan penisilin mempengaruhi flora normal di orofaring dan saluran pencernaan. Sebagaimana diketahui Streptococcus merupakan flora normal di orofaring melepaskan bacterocins yang menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif. Pemberian penisilin dosis tinggi akan menurunkan sejumlah bakteri gram positif dan meningkatkan kolonisasi bakteri gram negatif di orofaring.
c.    Peralatan terapi pernapasan kontaminasi pada peralatan ini, terutama oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa dan bakteri gram negatif lainnya sering terjadi.
d.    Pemasangan pipa/selang nasogastrik, pemberian antasid dan alimentasi enteral
Pada individu sehat, jarang dijumpai bakteri gram negatif di lambung karena asam lambung dengan pH < 3 mampu dengan cepat membunuh bakteri yang tertelan. Pemberian antasid / penyekat H2 yang mempertahankan pH > 4 menyebabkan peningkatan kolonisasi bakteri gram negatif aerobik di lambung, sedangkan larutan enteral mempunyai pH netral 6,4 - 7,0.
e.    Lingkungan rumah sakit
Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur, dan penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur, seperti alat bantu napas, selang makanan, selang infus, kateter dll.

I.    Patogenesis dan Patologi
Anggota genus Klebsiella biasanya mengekspresikan 2 jenis antigen pada permukaan sel mereka. Yang pertama adalah lipopolisakarida (O antigen), yang lain adalah polisakarida kapsul (K antigen). Kedua antigen ini berkontribusi pada patogenisitas. Tentang 77 K antigen dan 9 O antigen ada. Variabilitas struktur antigen ini membentuk dasar untuk klasifikasi dalam berbagai serotipe. Virulensi dari semua serotipe tampaknya serupa.
Lobar pneumonia berbeda dari pneumonia lain dalam hal itu dikaitkan dengan perubahan destruktif di paru-paru. Ini adalah penyakit yang sangat berat dengan onset yang cepat dan hasil yang sering fatal meskipun pengobatan antimikroba dini dan tepat.
Pasien biasanya hadir dengan onset akut demam tinggi dan menggigil, gejala seperti flu, dan batuk produktif dengan sputum banyak, tebal, ulet, dan darah-biruan kadang-kadang disebut dahak jeli kismis.Sebuah kecenderungan meningkat ada ke arah pembentukan abses, kavitasi, empiema, dan adhesi pleura.
Kebanyakan penyakit paru disebabkan oleh K.pneumoniae  dalam bentuk bronkopneumonia atau bronkitis. Infeksi ini biasanya didapat di rumah sakit dan memiliki presentasi yang lebih halus.
Patogenesis pneumonia nosokomial pada prinsipnya sama dengan pneumonia komuniti. Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke saluran napas bagian bawah. Ada empat rute masuknya mikroba tersebut ke dalam saluran napas bagian bawah yaitu :
1.    Aspirasi, merupakan rute terbanyak pada kasus-kasus tertentu seperti kasus neurologis dan usia lanjut
2.    Inhalasi, misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu napas yang digunakan pasien
3.    Hematogenik
4.    Penyebaran langsung
Klinis
Pada umumnya, gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri golongan Klebsiellae adalah sama. Akan tetapi, setiap penyakit berdasarkan jenis spesies Klebsiella-nya masing-masing punya ciri khas.
Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan penyakit paru-paru memberikan penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga lobus kiri dan kanan paru-paru menjadi tidak sama; demam (panas-dingin); batuk-batuk (bronkhitis); penebalan dinding mukosa; dan dahak berdarah. Sedangkan, Klebsiella rhinoscleromatis dan Klebsiella ozaenae yang menyebabkan rinoschleroma dan ozaena memberikan gejala pembentukan granul (bintik-bintik), gangguan hidung, benjolan-benjolan di rongga pernapasan (terutama hidung), sakit kepala, serta ingus hijau dan berbau.

J.    Pengobatan
Pengobatan tergantung pada sistem organ yang terlibat. Secara umum, terapi awal pasien dengan bakteremia mungkin adalah empiris.. Pemilihan agen antimikroba spesifik tergantung pada pola-pola kerentanan setempat.. Setelah bakteremia dikonfirmasi pengobatan dapat dimodifikasi.
Pengobatan dengan aktivitas intrinsik yang tinggi terhadap K pneumoniae harus dipilih untuk pasien sakit parah. Contoh obat tersebut termasuk sefalosporin generasi ketiga (misalnya, cefotaxime, ceftriaxone), carbapene dengan nama genaeriknya( imipenem / cilastatin), aminoglikosida (misalnya, gentamisin, amikasin), dan kuinolon.Obat-obat ini dapat digunakan sebagai monoterapi atau terapi kombinasi. Beberapa ahli menyarankan menggunakan kombinasi dari aminoglikosida dan sefalosporin generasi ketiga sebagai pengobatan. Lainnya tidak setuju dan merekomendasikan monoterapi. Aztreonam dapat digunakan pada pasien yang alergi terhadap antibiotik beta-laktam. Kuinolon juga pilihan pengobatan yang efektif untuk rentan isolat pada pasien, baik alergi carbapenem atau alergi beta-laktam.
    Antibiotik lain yang digunakan untuk mengobati rentan isolat termasuk ampisilin / sulbaktam, piperasilin / tazobactam, tetrakarsilin / klavulanat, seftazidim, sefepim, levofloxacin, norfloksasin, gaitfloxacin, moksifloksasin, meropenem, dan ertapenem.

K.    Pencegahan
Peningkatan derajat kesehatan dan daya tahan tubuh merupakan upaya pencegahan paling penting, karena bakteri ini sebenernya sudah ada sebagai flora normal pada orang sehat. Pencegahan nosocomial infection dilakukan dengan cara kerja yang aseptic pada perawatan pasien di rumah sakit. Enterobacteria peka terhadap panas dan dapat dibunuh dengan pemanasan yang merata (di atas 700C). Sumber utama infeksi bakter ini adalah makanan mentah, makanan yang kurang matang dan kontaminasi silang, yaitu apabila makanan sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan yang terkontaminasi misalnya alas pemotong. Karena itu, pemanasan dengan benar dan penanganan makanan secara higienis dapat mencegah enterobacteria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar